Sampah Menggunung Di TPA Handayani Karna Tidak Di Olah , Menunggu Keseriusan Pemda PALI 

m

PALI – KP/Beritapali.com–Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, yang berlokasi di Kelurahan Handayani Mulia, Kecamatan Talang Ubi, setiap hari menampung sampah rumah tangga sebanyak 7 mobil angkutan sampah.

Alih-alih untuk fokus dalam penanganan pengelolaan sampah sebelum berakhir di TPA, berdasarkan pantauan dilapangan saat berkunjung ke TPA tersebut dari jalan raya — tepatnya depan gerbang Handayani — menuju lokasi memakan waktu berkisar 5 menit untuk tiba dilokasi TPA.

Belum sampai dilokasi kurang lebih 200 meter, pemandangan sampah yang berceceran hingga menumpuk di jalan sebelum tempatnya mulai terlihat. Selain itu, bau tak sedap pun mulai menyengat.

Dari sampah yang masuk setiap hari ke TPA tersebut, sudah terlihat gunungan sampah yang sudah menumpuk. Tidak hanya itu saja, air hitam pekat dari sampah-sampah yang menumpuk tersebut sudah terlihat.

TPA yang dikabarkan beroperasi sejak 2017 lalu itu, sampai saat ini terlihat hanya ada satu alat berat atau eskavator yang disiapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten PALI.

Alat berat tersebut sudah satu bulan dalam kondisi rusak. Alih-alih untuk mendorong sampah hingga ke ujung kawasan TPA yang luasnya diperkirakan mencapai 8 hektare lebih  itu.

Akibatnya, sampah yang berdatangan setiap hari itu hanya ditempatkan di area depan jalan cor yang berujung menumpuk. Kendati demikian, hampir menutup jalan keluar masuk armada angkutan sampah tersebut.

“Kalau sekarang (sampah) di jalan cor, karena posisi alat rusak. Kurang lebih sebulan lah. Kalau alat sudah bagus sampah ditarik ke ujung,” ujar Petugas TPA, Suprapto, saat ditemui dilokasi TPA, Sabtu (1/2/2025).

Suprapto, petugas di TPA tersebut menyampaikan setiap hari sebanyak 7 armada angkutan sampah yang masuk ke TPA. Dari 7 armada itu, 6 diantaranya masuk ke TPA berkisar pukul 05.30 WIB hingga jam 09.00 Wib pagi. Sementara, armada angkutan sore disebut tiba ke TPA sebelum magrib.

Baca Juga:  Bupati Heri Amalindo 'Gedor" Kementerian Perhubungan Bantu Transportasi di PALI .

Sampah yang berakhir di TPA tersebut didominasi pengirimnya dari dua kecamatan.

“Sampah ini yang masuk berasal dari Kecamatan Talang Ubi dan Kecamatan Tanah Abang. Kalau Tanah Abang biasanya seminggu 2 kali,” sambung Suprapto.

Pria yang mulai bertugas di TPA sejak 2018 lalu hingga saat ini, mengaku untuk pengelolaan sampah tidak diketahui. Menurut Suprapto, para pemulung tersebutlah yang memilah – memilih sampah di TPA hingga dijadikan bernilai ekonomi.

Meski begitu, di TPA tersebut terdapat sejumlah rumah semi permanen yang ditempati oleh sejumlah pemulung. Para pemulung mengaku berjibaku memilah dan memilih sampah yang dianggap sebagai peluang untuk mendapatkan cuan.

Dari memilah sampah tersebut, mereka kumpulkan terlebih dahulu sambil menunggu para pengepul sampah untuk membeli hasil pilahan sampahnya. Para pengepul sampah tersebut biasanya datang untuk membeli berkisar 1 minggu atau 2 minggu sekali.

“Bos dari Prabumulih yang biasa beli hasil kami misah-misahin plastik ini,” kata Kasim, salah seorang pemulung sembari bercerita cuan yang ia dapatkan dari memulung tersebut tidaklah menentu.

“Tidak menentu. Kadang Rp150 rb, kadang Rp100 rb,” ungkapnya mengaku selain memulung juga bekerja menyadap karet.

Sementara itu, mengutip data dari sipsn.menlhk.go.id, capaian kinerja pengelolaan sampah di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir tahun 2024, timbunan sampah tahunan mencapai 38,730.15 ton, pengurangan sampah tahunan mencapai 945,26 ton. Sedangkan, penanganan sampah mencapai 13,651.00 ton. (PWI rilis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *