Jalan Terjal Efran : Gagal Jadi Kades sampai Ketua IWO Sumsel

Beritapali.Com |Palembang – Riuh redam suara peserta Musyawarah Bersama Wilayah (Mubeswil) ke-1 tahun 2023, Ikatan Wartawan Online (IWO) Sumsel memenuhi ruangan Aula Hotel Luminor Palembang, Minggu, sore sekitar pukul 16.30 WIB.

Suasana agak mereda, ketika kemudian Awan Asmara, pimpinan sidang pleno Mubeswil kali itu, memberi arahan kepada para peserta.

“Mohon perhatian kawan-kawan! Sebelum kita tutup acara ini, kita bacakan dulu surat ketetapan hasil pemilihan dan berita acaranya. Mohon perhatiannya sebentar!” ujar Awan didampingi para pimpinan sidang lain dan notulen Mubeswil ke-1 tahun 2023 IWO Sumsel.

Tiga kali ketukan palu pimpinan sidang, memaksa para peserta Mubeswil IWO Sumsel kali itu harus menahan diri, untuk diam sejenak dan mengalihkan perhatiannya ke arah pimpinan sidang. Tapi sebagian lagi, ada juga yang memilih keluar dengan keperluan berbeda-beda.

Suasana pun mulai redam. Awan Asmara, kemudian membacakan berita acara ketetapan hasil pemilihan calon Ketua IWO Sumsel periode 2022-2023.

Pada berita acara itu, menetapkan Efran, Ketua IWO Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), resmi terpilih sebagai Ketua IWO Sumsel periode 2022-2027.

Dari 73 kertas suara yang disiapkan panitia, ada 4 kertas suara abstain. Praktis hanya 69 kertas suara yang dinyatakan sah oleh panitia Mubeswil ke-1 tahun 2023 IWO Sumsel.

Efran yang tagline di flyer-nya “cito-cito wong daerah nak ke kota” ternyata bukan isapan jempol. Putra asli Kabupaten PALI Sumsel ini, cita-citanya kesampaian masuk Kota Palembang, setelah dalam kompetisi calon ketua IWO Sumsel 2022-2027, Efran berhasil memperoleh 39 suara, menggungguli rivalnya, Ardhy Fitriansyah (Bendahara IWO Sumsel), yang memperoleh 30 suara.

Penetapan ketua baru IWO Sumsel periode 2022-2027, sekaligus mengakhiri perhelatan politik internal di organisasi itu.

Sebagaimana disebutkan dalam surat ketetapan dan berita acara hasil Mubeswil ke-1 2023 IWO Sumsel, Efran, sebagai ketua terpilih bersama tim formatur yang diputuskan melalui sidang pleno, harus segera menyusun komposisi kepengurusan IWO Sumsel periode 2022-2023 dalam 30 hari ke depan.

Bukan Datang Tiba-Tiba
Kemenangan Efran yang kini telah resmi menjadi Ketua IWO Sumsel yang baru, tak datang tiba-tiba. Proses panjang telah dijalani Ketua IWO PALI ini, jauh sebelum dirinya memutuskan mencalonkan diri sebagai calon Ketua IWO Sumsel.

“Sekitar satu tahun sebelum pemilihan, saya melakukan kunjungan ke kawan-kawan IWO di daerah. Saya silaturahim dengan mereka, dan minta pendapat juga masukan ide tentang kemungkinan saya akan mencalonkan diri sebagai calon ketua IWO Sumsel. Alhamdulillah hasilnya positif, meski dintaranya juga tidak berkomentar tentang niat saya waktu itu,” ujarnya, ketika dibincangi usai acara, Minggu (28 Mei 2023), sore.

Di hadapan wartawan, Efran menyatakan, kemenangan ini bukan karena dirinya hebat dan pintar. Bukan pula karena paparan visi dan misi yang telah disampaikan 30 menit sebelum pemilihan berlangsung.

Tetapi Efran memastikan, kemenangannya adalah kemenangan bersama. Semua ketentuan hari ini yang datang adalah skenario Allah yang telah mentakdirkan dirinya menjadi ketua IWO Sumsel periode 2022-2027.

“Saya tidak merasa hebat. Saya tidak pintar. Semua karena keputusan Allah SWT. Amanah kawan-kawan kepada saya, ini karena skenario Allah. Terima kasih kepada kawan-kawan pendukung, panitia, tim SC dan OC yang sudah bekerja siang dan malam demi menyukseskan acara ini,” ujarnya saat memberi keterangan pers, Minggu 28 Mei 2023.

Jalan Terjal Berliku
Sebuah kata bijak mengatakan, hasil tak akan menghianati proses. Mungkin kalimat ini tepat dipadankan pada perjalanan Efran, ketika kini Allah SWT mentakdirkan dirinya menjadi Ketua IWO Sumsel periode 2022-2027.

Sebab, pahit getir perjalanan hidup Efran yang sudah dirasakan, ketika itu sangat berkait erat dengan pemenuhan keseharian keluarganya.

Tahun 1997, usai menyelesaikan studinya di SMA di PALI, Efran harus bekerja apa saja yang bisa menghasilkan uang.

Perjuangan dirinya untuk bisa bertahan hidup, putra pertama dari pasangan Arif Hidayatullah asal Kota Serang, Banten dan almarhumah Rustinah asal Pendopo PALI ini, di tahun 1997 harus merelakan diri membanting tulang dengan segala kemampuan yang dimilikinya.

Sebagai pekerja, Efran sadar betul kali itu dia harus ikut dan tunduk pada sistem yang sudah berjalan secara sistematis. Pergi pagi pulang sore sesuai jadwal. Atau sesekali malam, atau berangkat sore pulang pagi, mengikuti ritme dan aturan perusahaan.

Saking semangatnya bekerja, Efran selalu datang lebih pagi dari pekerja lainnya. Kesempatan itu, dimanfaatkan Efran untuk melakukan apa saja, termasuk membantu bagian kebersihan yang di pagi itu masih membereskan sampah berserak atau menyapu di sekitar perusahaan.

“Saya waktu kerja, datang pasti lebih pagi. Ini saking semangantnya saya bisa kerja. Kalau pagi belum ada tugas, jam kerja juga belum masuk, saya bantu-bantu membersihkan sampah, meskipun saya tahu itu bukan bidang saya,” ujar Efran, bercerita kilas balik di masa 1997.

Bukan hanya bersih-bersih sampah. Ketika ada senggang waktu, tak jarang Efran juga menyempatkan belajar bidang lain, seperti belajar dengan tukang las, belajar dengan tukang masak dan ikut masak.

Baca Juga:  Warga Sungai durian berterima kasih Jalannya telah di bangun.

“Makanya, pernah terjadi, waktu tukang masaknya tidak masuk, saya disuruh menggantikan sementara, karena saya sering di situ, jadi mereka menyuruh saya masak. Tapi hanya sementara saja,” kisahnya lagi.

Dipastikan, di benak Efran kali itu tak terlintas sedikitpun tentang dunia wartawan, apalagi bercita-cita menjadi ketua IWO Sumsel. Sebab, dunia Efran yang sedang digeluti saat itu jauh dari dunia kewartawanan.

Tuntutan pemenuhan dan kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya, melebihi dari semua cita-cita, apalagi menjadi wartawan seperti sekarang. Semua jauh panggang dari api.

Tak heran, bila kemudian Efran menjadi orang nomor satu di jajaran IWO Sumsel hingga 2027 nanti, akan menjadi catatan sejarah hidup bagi Efran dan keluarga, yang sebelumnya tak pernah terlintas, ketika dirinya bekerja sebagai kuli bangunan dan karyawan di salah satu kontraktor PT Medco E & P Indonesia di daerahnya : Kabupaten PALI, Sumatera Selatan.

Namun perjalanan dari 1997 hingga 2007, tak sia-sia. Ini yang diawal disebut para motivator : hasil tak pernah menghianati proses. Kesabarannya sebagai kuli, akhirnya berbuah manis. Ini sebagai gambaran nyata, hidup semudah membalikkan telapak tangan, tapi hidup itu proses, tak langsung jadi.

“Semua butuh waktu, tenaga, pikiran, pengorbanan, usaha dan doa. Hasilnya kita serahkan saja pada Allah Swt,” ujarnya.

Menjadi Supervisor Perusahaan
Beriring putaran waktu, karir Efran sejak dari 1997 terus menanjak. Hingga di tahun berikutnya, putra pertama dari lima bersaudara ini, sampai juga di posisi supervisor di PT Karyatama Saviera, sebuah kontraktor PT Medco E & P Indonesia.

Usai di PT Medco E & P Indonesia, perjalanan Efran sebagai pekerja di perusahaan swasta terus berlanjut. Tahun 2008-2016, Efran lagi-lagi masuk dalam lingkaran buruh perusahaan. PT Pertamina Drilling Service Indonesia, menjadi pilihan Efran dalam meniti hidup selanjutnya.

Kali itu, Efran berposisi sebagai roustabout (seorang pekerja buruh manual), yang pekerjaan utamanya di bidang pengeboran minyak dan gas. Namun hal yang manusiawi bila kemudian di perjalanan waktu, Efran harus keluar dari dunia karyawan perusahaan swasta itu. Bukan kelelahan berjuang, tetapi ingin menghirup udara segar di dunia yang berbeda.

Cita-cita untuk menentukan nasib dalam kehidupannya terus berproses. Bahkan, terbersit dalam benaknya, ingin membantu warga untuk ikut serta melakukan perubahan.
Niat itu menggurat di hatinya, ketika Efran melihat sejumlah persoalan di sekitar tinggalnya tidak sesuai dengan akal sehatnya.

“Saya ini orangnya sering penasaran, kalau ada sesuatu persoalan di desa yang seharusnya selesai, tapi tidak selesai. Apa masalahnya? Bagaimana jalan keluarnya? Ini pasti ada masalah. Nah, di situ saya selalu timbul pertanyaan, dan saya harus ikut serta mencari jalan keluar, apalagi ada saja warga yang minta bantu cari solusi” ujarnya.

Bukan hanya pada persoalan sosial. Tetapi masalah agama (spiritual) sekalipun, bagi Efran juga hal penting dilakukan kajian. Sesekali ada kegelisahan dalam hal agama, Efran pun bertanya kepada orang yang dimata Efran layak dan pantas menjadi sandaran pengetahuan agama.

“Kalau masalah agama, saya cari orang yang tepat untuk bisa menjawab. Bisa kiai, ustadz, orang biasa, yang saya anggap bisa menjawab pertanyaan saya. Tapi kalau masih belum terjawab, saya akan mencari lagi jawabannya sampai ketemu,” ujarnya.

Sikap Efran yang banyak bertanya-tanya dalam hati tentang persoalan sosial di sekitarnya itu, mendorongnya untuk mencari cara untuk ikut serta agar dirinya bisa melakukan perubahan, walau sekecil apapun.

Mencalonkan Menjadi Kades
Satu langkah yang dilakukan Efran kemudian, melalui pemerintah desa. Kontestasi pemilihan kepala desa, dijadikan pintu masuk Efran untuk meniti karirnya di jajaran pemerintahan terendah di sebuah kabupaten : menjadi kepala desa. Harapannya, dengan posisi kepala desa, Efran bisa banyak berbuat lebih untuk masyarakat, dari pada bekerja seperti sebelumnya : hanya menjalankan rutinitas.

Memberanikan diri ikut dalam kompetisi Pemilihan Kepala (Pilkades) Desa Suka Maju, Kecamatan Talang Ubi, Kabuaten PALI, tidak semua orang siap. Bukan karena tidak berminat, tetapi diperlukan mental, dana dan jaringan. Tapi berdasar keyakinan dan niat membantu masyarakat, Efran maju sebagai salah satu calon kades.

Kali itu, Efran benar-benar sedang ingin meninggalkan atau bahkan melupakan masa lalunya sebagai kuli bangunan dan karyawan pengeboran minyak di tahun 2017.

“Saya beranikan diri mencalonkan kades, supaya saya bisa masuk di pemerintahan desa dan harapannya bisa membuat perubahan di desa,” ujarnya.

Pilkades Desa Sukamaju, berlangsung. Tapi untung tak dapat diraih, kalah tak dapat ditolak. Efran belum ditakdirkan Allah duduk menjadi kepala desa.

Cita-cita menjadi kepala desa, untuk sementara harus dikubur dalam-dalam dari diri Efran ketika itu. Bila kemudian hendak mencalonkan diri kembali, Efran harus menunggu lima tahun ke depan, sebelum usulan 9 tahun kepemimpinan desa disetujui pemeritah pusat. Waktu yang cukup panjang, bila harus menunggu tanpa berbuat apapun. Efran tak mau diam menunggu waktu tanpa bergerak.

Dari kekalahannya, Efran tak menyerah. Efran membuka diri untuk belajar di dunia  Radio. Rupanya, inilah yang menjadi pintu awal Efran bersentuhan dengan dunia wartawan. Satu dunia yang benar-benar baru bagi Efran.

Baca Juga:  Saripudin Dan Firmansyah Hakim Bacaleg DPRD Kota Dan Provinsi Sumsel Dari Partai Nasdem Menggelar Acara Silaturahmi 

Di PALI Radio FM 93.8 MHz, setelah beberapa waktu berjalan, Efran kemudian dipercaya manajemen sebagai Direktur, yang bertanggungjawab penuh terhadap semua tata kelola PALI Radio.

Dalam dunia Radio, secara perlahan tapi pasti. Efran menikmati sebagai broadcaster (penyiar dan presenter radio). Atas pembelajaran di PALI Radio sejak tahun 2018-2021, Efran kemudian secara sadar, menemukan jati dirinya untuk masuk lebih dalam ke dunia wartawan.

Keseriusan Efran di dunia wartawan dan tata kelola media ini, dibuktikan dengan berdirinya PT Cakrawala Dunia Media Perkasa di PALI, sebuah perusahaan yang kemudian menaungi Media Online TintaMerah.co.id hingga sekarang.

Di perusahaan ini, Efran tak lagi menjadi buruh pengeboran minyak, apalagi kuli bangunan. Tapi, Efran duduk sebagai owner, sekaligus sebagai direktur perusahaan.

Posisi Efran yang sudah berada di lingkaran dunia wartawan, dikuatkan kembali oleh takdir berikutnya.

Tahun 2019, Efran mendapat mandat sebagai Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) PALI, hingga resmi dilantik menjadi Ketua IWO PALI, pada 2 April 2019 oleh Ketua IWO Sumsel, Sony Kushardian.

“Ternyata, kekalahan saya dari calon kepala desa, Allah memberi posisi yang lain. Saya dipercaya menjadi ketua IWO PALI,” kisahnya, dalam sebuah perbincangan tahun 2022, di PALI, jauh sebelum Efran berniat menjadi Ketua IWO Sumsel.

Sebagai seorang pembelajar, Efran tak henti menggali ilmu dan memantapkan statusnya sebagai wartawan. Efran sadar betul, kala itu ilmu tentang kewartawanannya masih minim. Namun, dengan hobinya membaca, berselancar di media online dan medsos, Efran tak berhenti belajar dari berbagai sumber.

Kesempatan belajar lebih dalam tentang dunia wartawan seketika terbuka. Efran mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan jurnalistik di Palembang. Acara itu itu digelar Majelis Wilayah (MW) Korps Alumnus Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Jumat-Ahad (13-15/12/2019) di Aula Sekretariat KAHMI Sumsel.

Efran dan beberapa calon wartawan dari PALI lainnya berangkat menuju Palembang, menggali ilmu kewartawanan pada pelatihan itu. Selama tiga hari, Jumat-Ahad, 13-15 Desember 2019, Efran dan peserta lainnya dari berbagai daerah di Sumsel, mendapat pencerahan ilmu kewartawanan dari para narasumber yang menjadi pemateri saat itu.

Di event itulah, Efran mulai mengenal lebih dalam tentang dasar-dasar ilmu jurnalsitik, ideologi pers yang ideal, sejarah pers, teknis menulis, kode etik jurnalistik juga tentang konvergensi media konvensional di tengah era digital.

Hadir sebagai narasumber, ketika itu, Asnadi CA, eks Majalah Tempo (Biro Palembang), Firdaus Komar, M.Si (Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Sumsel, eks Redaktur Harian Umum Sriwijaya Post Palembang), Iwan Cheristian, S.Pd, eks Koordinator Photografer Seagame 2018 di Palembang, dan Imron Supriyadi, S.Ag, M.Hum, Ketua Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Palembang, periode 2009-2011.

Namun titik puas Efran menggali ilmu kewartawanan belum sampai puncaknya. Dengan segala keterbatasan ilmu yang dimiliki, Efran tak henti mengiringi perkembangan dunia wartawan dengan dinamika teknologi yang terus membombardir dunia maya.

Oleh sebab itu, ketika dunia digital terus bergerak maju, chanel TV, medsos, youtube kian berkembang, Efran tak ingin ketinggalan, apalagi tergilas teknologi. Efran kemudian mendirikan PT ERC Media Mandiri di PALI, yang kini menaungi Media Online SuperEjaTV.com.

Lahirnya SuperEjaTV, dibesut Efran sebagai penyeimbang dunia digital, yang kian menelusup setiap sudut kota dan desa di Indonesia, tak terkecuali di Sumsel. Di perusahaan ini, Efran duduk sebagai komisaris, sejak tahun 2022 hingga sekarang.

Posisinya sebagai wartawan, tak bisa lagi surut ke belakang. Tahun 2021, Efran memantapkan diri untuk ikut Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar Dewan Pers bekerjasama dengan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.

Mendapat Sertifikat Wartawan
Lulus sebagai wartawan yang bersertifikat kategori “Muda” Efran kian meyakinkan dirinya, profesi wartawan sebagai pilihan akhir dalam hidupnya. Langkah Efran tak lagi mundur selangkah pun, untuk komitmen dan konsisten menjadi wartawan yang profesional.

Sampai-sampai, Efran harus datang ke kantor cacatan sipil, untuk mengubah status pekerjaannya di Kartu Penduduknya (KTP), dari wiraswasta menjadi wartawan.

“Status pekerjaan saya, sengaja saya ubah menjadi wartawan. Sebab, kalau suatu ketika ada kasus, kan sesuai dengan profesi kita. Selama ini kalau ada kasus yang menimpa wartawan dan diproses, ternyata identitas di KTP pekerjaannya bukan wartawan, kan tidak sesuai, sementara kita sedang menjalankan tugas jurnalistik,” ujarnya.

Tahun ini (2023), tepatnya Hari Minggu 28 Mei 2023, di Hotel Luminor Palembang, awalnya Efran hanya berencana dan bersyariat mencalonkan diri dalam kompetisi calon ketua IWO Sumsel.

Sejumlah berkas dan persyaratan pun dikirim ke meja panitia. Proses pemilihan berjalan. Usaha dan doa beriring, dibantu para pendukungnya. Bukan hanya dari kalangan wartawan, tetapi juga dari anak, isteri dan anak-anak yatim.

Minta Doa dari Anak Yatim
Beriring dengan perjalanan berkas dan proses administrasi pencalonan, dua hari sebelum berangkat menuju ajang kompetisi calon ketua IWO Sumsel di Palembang, Efran yang kini Owner Media Online TintaMerah.co.id menggelar doa bersama dengan anak Yatim Piatu di Panti Asuhan Jaya Murni, Kelurahan Handayani Mulya Kecamatan Talang Ubi, Kamis Malam (25/5/2023).
Do’a bersama ini dalam rangka meminta restu pada Yang Maha Kuasa karena pada tanggal 28 Mei 2023 Efran yang menjabat Ketua IWO PALI akan mengikuti Pemilihan Ketua IWO Sumsel Periode 2022 – 2027.
Sowan ke Ketua PWI Sumsel

Baca Juga:  BPAN LAI Kabupaten Pali kembali membagikan Takjil dan Air Mineral.

Sampai di Palembang, satu hari sebelum pemilihan, Sabtu 27 Mei 2028, Efran menyempatkan diri sowan ke Dr Firdaus Komar, M. Si, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel.

Pertemuan ini dilakukan, menurut Efran untuk mempererat silaturahmi antara dua lembaga IWO PALI dan PWI Sumsel, sekaligus juga minta dukungan dan doa dari wartawan senior di Sumsel, terkait pencalonan dirinya sebagai calon Ketua IWO Sumsel, periode 2022-2027.

“Silaturahim dengan wartawan senior, juga untuk menjalin silaturahmi secara pribadi dan kelembagaan antara IWO PALI dan PWI Sumsel,” ujarnya, ketika ditemui usai pertemuan di Coffee Is Always A Good Idea, Palembang, Sabtu, (27/05/2023).

Sebagai warga dari daerah yang akan bertempur di Palembang, menurut Efran sangat penting untuk permisi dan mohon dukungan dan doa dari para senior, agar semua berjalan baik.

“Saya ini kan orang daerah yang nak masuk kota. Bahasa jawanya ya kulo nuwun, permisi dengan wartawan senior, minta dukungan dan doa dari sesepuh wartawan, supaya semua lancar dan sukses,” tegas Efran.

Menanggapi pencalonan Efran yang berasal dari Kabupaten PALI, Firdaus mengapresiasi positif atas keberanian Efran yang siap berkompetisi di Palembang dengan calon lainnya.

Menurut Firdaus, ini satu keberanian dan terobosan yang sangat bagus, sehingga pimpinan organisasi di Palembang, kelak tidak harus orang Palembang, tetapi juga terbuka dari daerah.

“Saya pikir ini terobosan yang cukup berani, ado wong daerah yang ikut berkompetisi di Palembang, merebut ketua organsasi wartawan di Sumsel. Luar biasa, semoga sukses,” ujar Firdaus memberi support terhadap Efran yang siap bertarung dalam Musyawarah Bersama Wilayah (Mubeswil) IWO 2023 Sumsel, Ahad 28 Mei 2023.

Pada kesempatan itu, Firdaus juga memberi pesan kepada Efran tentang risiko mengurus organisasi, yang harus siap segalanya, baik waktu, tenaga, pikiran dan material.

Sebab bagi calon ketua organisasi sekelas IWO Sumsel atau organisasi apapun, bila tidak menyiapkan diri untuk berkorban secara total, menurut Firdaus, lebih baik berpikir ulang. Firdaus menegaskan, tidak akan maju sebuah organisasi, tanpa adanya totalitas pengorbanan, baik dari anggota dan pimpinannya.

“Kuncinya di organsasi, apalagi ketua harus siap berkorban waktu, pikiran, tenaga dan material, Kalau itu siap insya Allah semua berjalan baik dan lancar. Kalau tidak, organisasi tidak akan berjalan sesuai harapan,” tegasnya.

Takdir kini baru pun sampai di pundak Efran. Tak ada yang bisa menolak ketentuan Allah Swt. “Semua ini Allah yang mengatur, bukan saya. Manusia hanya berencana dan Allah yang menentukan,” ujarnya.

Seperti juga setiap mahluk yang takkan bisa menolak hujan, ketika jutaan tetesnya sudah menyiram bumi. Hanya kompromi dengan takdir yang harus dilakukan. Pun demikian Efran, yang harus kompromi dengan putusan takdir, untuk kemudian menyiapkan segala kemungkinan tantangan yang akan terjadi kemudian, ketika kini di pundaknya tertempel : Ketua IWO Sumsel perideo 2022-2027.

Sebagai ketua baru di jajaran IWO Sumsel, Efran juga akan terus mengingat dan menjalankan amanah, dari Jodhi Yudono, Ketua Umum IWO, ketika di Palembang.

“Dengan bertambah umur, semoga IWO menjadi payung organisasi yang bermanfaat untuk semua. Saya merasakan kegairahan berteman dalam payung IWO Sumsel. Semoga IWO ke depan, dapat memberikan kebaikan dan keberkahan untuk kawan-kawan semua,” tutur Jodhi, di sela-sela HUT IWO ke-10 di Palembang bersama sejumlah wartawan di Palembang.

Kalimat “kebaikan dan keberkahan bagi semua” ini titik fokus pesan dari Ketua Umum IWO, agar lembaga ini benar-benar memberi manfaat bagi semua. Demikian halnya dengan cita-cita Efran yang sudah terlanjur mengusung semboyan “IWO Berakhlaq dan Beradap” sebagai visi dan misi dalam kepemimpinanya 2022-2027.

Lantas bagaimana Efran dan pengurus baru di IWO Sumsel akan mewujudkan itu semua? Efran berharap, semua jajaran IWO di semua kabupaten dan kota bisa bekerja sama untuk membangun IWO dari titik nol menuju IWO lebih baik.

“Setelah ini kita ke titik nol bagaimana memajukan IWO Sumsel. Saya tidak bisa bekerja sendirian. Saya butuh dukungan kawan-kawan. Terima kasih kepada seluruh tim, kepada siapa saja tim yang mendukung saya. Saya juga terima kasih kepada yang tidak mendukung. Sebab mereka juga anggota IWO yang telah membuat saya semangat untuk ikut di acara ini,” ujarnya di hadapan wartawan, setelah sebelumnya serah terima bendera pataka dari pimpinan sidang kepada ketua terpilih IWO Sumsel, Minggu, 28 Mei 2023.

(Cha)
Sumber : Rilis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *